JAFF Movie Night!

Apa yang beda dari movie night kemarin? 
  Jadi.. hari Jumat, tanggal 27 September 2019 kemarin kali pertama aku gabung suatu movie night event. Biasanya kalo ngga nonton di bioskop ya streaming. Terus kemarin iseng ngajakin temen buat daftar acara JAFF Movie Night 3.3. Temen oke, karena acaranya di Greenhost Hotel yang emang tempat ini sempet hits karena desain interior yang unik. Iyaa nonton karena lokasi ya bukan film atau sutradaranya haha.
Greenhost emang cakeup sih.
Apa itu JAFF Movie Night?
   Sebenernya aku denger tentang JAFF itu dari cerita Lisa dan Angga lewat ShowBox podcast. Baru tau dong, ternyata di Jogja ada acara festival film tahunan yang ngga kalah keren sama festival luar. Sampe Lisa sama Angga rela ke Jogja buat nonton. JAFF ini udah ada dari tahun 2006 lho, kata Wikipedia. Aku ngapain aja si sampe ngga tauuu.. Acara Jogja ngga cuma ARTJOG aja wey haha maapin aku kudet. JAFF merupakan singkatan dari Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Pantes aja kalo film-film yang diputar sama JAFF itu berfokus di film Asia. Kayak film-film yang aku tonton kemarin. Lebih lengkapnya kunjungi aja web JAFF ;)
     
Film apa aja yang ditayangkan di JAFF Movie Night 3.3?
    Kemarin ada empat film Asia yang diputar, film dari Thailand 'Death of the Soundman' (2017), film dari Jepang 'Born Bone Boon' (2016), dan dua film dari Indonesia yaitu 'It's Wijilan' (2018) dan 'Ballad of Blood and Two White Buckets' (2018). Semuanya film pendek yang durasinya sekitar 15 - 20 menit. Ngga lama yaa.. Jadi acara yang dimulai pukul 7 malam ini udah selesai sekitar jam setengah 10 malem.
     Garis merah dari keempat film itu adalah tentang how a culture or tradition affects how you act or decide something. Kecuali film Thailand yang saat itu mungkin aku yang ngga begitu nangkep ceritanya. Kalo Born Bone Boon lebih ke bagaimana adapting to new tradition. Kalo It's Wijilan tentang breaking bad stigma about street hip hop. Hip hop sama kayak genre musik lain, yang butuh kreativitas dan keahlian musikalitas. Ini film dokumenter yang bercerita mas Alex dan temen - temen HellHouse ngajarin anak - anak daerah Wijilan bikin lagu sampe rekaman sampe manggung juga. Whoa, lucky them. Kalo BBTWB tentang kepercayaan masyarakat yang bikin ceritanya deket banget sama sekitar kita. 
     
Apa yang seru dari acara ini?
Diskusi bersama mas Anggi
    Selain penayangan keempat film itu, ada juga sesi diskusi film bersama sutradara dari film It's Wijilan yaitu Alexander Sinaga dan sutradara film Ballad of Blood and Two White Buckets yaitu Yosep Anggi Noen. Diskusi ini juga menarik karena cerita - cerita di balik layar, darimana datangnya inspirasi, dan gimana keduanya menyajikannya dalam bentuk film. Mas Anggi cerita kalo film BBTWB ini just took around a day of shooting. Impressive! Soalnya untuk film BBTWB ini bagus sampe aktingnya bener - bener bikin penonton (atau aku doang yaa) jadi terganggu, meaning.. akting si artis sebagus itu hehe.
    Film - film yang diputer itu sebelumnya juga udah diputer di festival film internasional lho. Keren ya. Dan kalo bukan nonton secara legal di festival film atau acara beginian, mau nonton dimana lagi coba. Eh aku beneran nggak tau si tempat nonton film pendek yang legal, selain di YouTube (karena beberapa ada yang diunggah di sana). Let me know if you know ;)
--
Nasib dateng belakangan, subtitle ketutupan kepala:)
     Acara kemarin emang ngga sempurna si, ada beberapa kali technical error filmnya dan ruang nontonnya emang bukan auditorium kayak bioskop sih, jadinya subtitle film Jepang sama Thailand nya susah dibaca. I better watch silent movie atm *cry*. Gapapa, aku tetep puas sama dua film Indonesia yang diputer terakhir. Diskusi - diskusi lebih jauh tentang filmnya juga ternyata bikin filmnya jadi lebih menarik untuk ditonton ulang (?). Semoga bisa dateng di acara festival film JAFF akhir taun besok. Atau festival film lainnya ;)

Comments

Popular Posts